Oleh: H.Albar Sentosa Subari *
Hari ini 8 Juni 2021 adalah hari keseratus tahun tanggal kelahiran beliau yaitu 8 Juni 1921).
Pak Harto adalah presiden kedua Republik Indonesia yang kiprahnya dalam membentuk peradaban Indonesia sungguh tak bisa diabaikan. Persoalannya, kita sering kali terjebak dengan apriori-apriori menganggap pembicaraan tentang kontribusi Pak Harto terhadap bangsa Indonesia dianggap sebagian yang berlebihan. Apriori yang mengendap dalam benak sebagian masyarakat Indonesia sebagai buah kontroversi demi kontroversi yang mewarnai sejarah kehadiran Pak Harto dalam memimpin bangsa ini.
Di bawah ini penulis akan mengutip pendapat penulis buku yang berjudul 50 inisiatif pak Harto untuk Indonesia dan Dunia, sebagian dari kata pengantar nya ( Mahpudi, 2016).
Setidaknya ada tiga hal yang membuat kehadiran Pak Harto kontroversi.
Pertama, ia berasal dari kalangan militer. Pada periode awal kemerdekaan, stok pemimpin bangsa berasal dari tiga kelompok utama yaitu kelompok sipil yang umumnya berlatar belakang pendidikan tinggi, kelompok sipil santri yang berlatar belakang keislaman(ulama dan santri) dan kekompok militer yang berasal dari mantan pejuang. Dalam perjalanan nya ketiga kelompok ini bersaing dan berkolaborasi menghadirkan kader kader pimpinan.
Kedua, Pak Harto bersikap tegas dan lugas terhadap PKI. Beliau berani mengambil inisiatif membubarkan salah satu partai besar di dunia. Menurut sumber pimpinannya sendiri PKI saat itu beranggotakan sekira 34 juta orang belum termasuk simpatisan.
Ketiga, Pak Harto menggantikan sosok Ir. Soekarno atau akrab dipanggil Bung Karno, tokoh besar dalam sejarah nasionalisme Indonesia. Kiprah dan pengaruhnya sebagai salah satu founding father begitu kuat serta memiliki pengikut yang juga sangat besar jumlahnya. Bung Karno adalah Proklamator sekaligus Presiden Pertama. Kepiawaian berpidato, kecerdasan nya dalam memformulasikan pemikiran, serta riwayat panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa benar benar membuat nya patron ideal pemimpin nasional.
Jalinan ketiga hal ini membuat kehadiran Pak Harto mengganggu persepsi tentang patron ideal pemimpin nasional itu. Dengan mudah publik terseret pada keenganan bahkan penyangkalan atas kepemimpinan Pak Harto. Pak Harto memiliki karakteristik berlawanan dengan patron ideal .Ia dikenal sebagai pendiam, cenderung tertutup dan kurang pandai beretorika.
Kontroversi tersebut bermula saat beliau sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat mendapat Surat Perintah dari Presiden Soekarno bertanggal 11 Maret 1966 (kemudian dikenal dengan sebutan Supersemar).
Semakin lengkap dengan munculnya sangkaan bahwa pak Harto merupakan agen Barat (baca Amerika Serikat dan sekutunya).
Pada sisi lain, sikap tegas dan lugas Pak Harto terhadap PKI makin meraih simpati dari kelompok mahasiswa dan masyarakat. Mereka bersama kalangan militer (khususnya Angkatan Darat) yang berhasil dikonsolidasikan pasca penyusupan PKI kelak menjadi penyokong utama tampilnya Pak Harto dalam suksesi nasional.
Bung Karno melalui pidato resmi tanggal 17 Agustus 1966 mengatakan pada kalimat terakhir nya ” Dan Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik, dan saya mengucapkan terima kasih kepada Jenderal Soeharto akan hal itu. (**)
*Penulis adalah mantan mahasiswa penerima beasiswa supersemar 1974-1980 dan biaya penelitian waktu S 2 di UGM.
Komentar