Sejarah Nama Indonesia

NASIONAL944 views

Oleh : H Albar Sentosa Subari*

Bangsa Indonesia lahir dan bangkit melalui sejarah perjuangan masyarakat bangsa yang pernah dijajah Belanda dan Jepang. Akibat penjajahan bangsa Indonesia sangat menderita, tertindas lahir dan batin, mental dan materiil, mengalami kehancuran di bilang ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan hingga sisa sisa kemegahan dan kejayaan seperti Sriwijaya dan Majapahit yang dimiliki rakyat di bumi pertiwi, sirna dan hancur tanpa sisa.

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang dimulai zaman prasejarah berdasarkan penemuan ” Manusia Jawa”, Secara geologi, wilayah nusantara merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua, yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik.

Para cendikiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa du pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke 5.yaitu Kerajaan Tarumanegara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan.

Pada abad ke 4 hingga abad ke -7di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanegara yang dilanjutkan dengan kerajaan Sunda sampai abad ke-16.

Pada masa abad ke -7 hingga abad ke 14 ,kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera yang berpusat di Palembang. Pada puncak kejayaaanya Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu.

Selanjutnya pada abad ke -14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364 .Gadjah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.

Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan sejarah awal pengenalan wilayah kepulauan Nusantara yang merupakan tanah air bangsa Indonesia. Sebutan Nusantara diberikan oleh seorang pujangga pada masa kerajaan Majapahit, kemudian pada masa penjajahan Belanda sebutan ini diubah oleh pemerintah Belanda menjadi HINDIA BELANDA.

Baca Juga:   Penetapan Yudikatif Vs Penetapan Eksekutif

Indonesia berasal dari bahasa latin ” Indus dan Nesos” yang berarti India dan pulau pulau. Indonesia merupakan sebutan yang diberikan untuk pulau pulau yang ada di Samudra India dan itulah yang dimaksud sebagai satuan pulau yang kemudian disebut dengan Indonesia, ( Pandji Setidjo dalam Materi Sosialisasi empat pilar MPR RI, 2017).

Penduduk yang hidup di wilayah Nusantara menempati ribuan pulau. Nenek moyang masyarakat nusantara hidup dalam tata masyarakat teratur (baca hukum adat), bahkan dalam bentuk sebuah kerajaan kuno seperti Kutai yang berdiri pada abad V di Kalimantan Timur, Tarumanegara di Jawa Barat dan kerajaan Cirebon pada abad ke II (Setidjo, Pandji, 2009), kemudian beberapa abad setelah itu berdiri kerajaan Sriwijaya pada abaf VII, Kerajaan Majapahit pada Abad ke XIII dan Mataram pada abad XVII.

Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram menunjukkan kejayaan yang memiliki wilayah Nusantara dan pada waktu itu sejarah mencatat bahwa wilayah Nusantara berhasil dipersatukan dan mengalami kemakmuran yang dirasakan seluruh rakyat.

Bung Karno pernah mengatakan : Kita hanya dua kali mengalami nationale  staat, yaitu di zaman Sriwijaya dan di zaman Majapahit…  Nasionale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri di jaman Sriwijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama sama” (Pidato lahirnya Pancasila, yang disampaikan Bung Karno di depan Dokuritsu Junbi Tyoosakai pada 1 Juni 1945)

Kerajaan Majapahit  sangat berjaya saat Mahapatih Gadjah Mada yang wafat disekitar 1360 , yang saat itu Majapahit sangat disegani, dialah yang berhasil menyatukan Nusantara yang terkenal dengan SUMPAH PALAPA ( sumpah yang menyatakan tidak akan pernah beristirahat atau berhenti berpuasa sebelum Nusantara bersatu. “

Sumpah Palapa ini diucapkan beliau saat upacara pengangkatan nya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258.Saka (1336 M). Sumpah ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton yang berbunyi : Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: ” Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa” (Dia)  Gadjah Mada Amangkubhumi Kerajaan Majapahit tidak akan melepaskan puasa. Gadjah Mada berucap : Jika telah mengalahkan Nusantara, baru saya akan melepaskan puasa (tidak berpuasa). Jika telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, baru saya akan melepaskan puasa.

Baca Juga:   Gubernur Sumsel Lepas Ratusan Peserta Raimuna XII ke Istana Negara

Saat diangkat sebagai Mahapatih Majapahit, sebagian wilayah Nusantara yang disebut nya didalam sumpahnya belum dikuasai Majapahit. Sebagai sejarah yang perlu diketahui generasi muda :

Gurun  (Nusa Penida), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kerajaan Tanjung Pura, Ketapang Kalimantan Barat,, Haru (Sumatra Utara, kemungkinan merujuk kepada kerajaan Karo) Pahang di Semenanjung Melayu),  Dompo (sebuah daerah di pulau Sumbawa),  Bali (kerajaan Bali),  Sunda (kerajaan Sunda),  Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik ( Singapura).

Majapahit berumur lebih dari dua abad harus berakhir setelah Patih Gajah Mada wafat. Kerajaannya mengalami perpecahan, menjadi kerajaan kerajaan kecil yang berdiri sendiri, karena Majapahit  lemah dalam kewaspadaan nasional, sehingga konflik konflik yang terjadi menyulut perpecahan yang lambat laun mempengaruhi ketahanan nasional dan menuju kehancuran.

Dari pengalaman sejarah kerajaan Majapahit di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa sesuai dengan semboyan orang Melayu : Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Sebagai philisofi sapu lidi satu dalam ikatan sulit dipatahkan, kalau terpisah satu batang lidi saja mudah dipatahkan orang.Demikian juga dalam kita berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 perlu menjaga persatuan dan kesatuan bernegara. Sehingga terujud Negara yang diredoi Allah SWT. Aamiin.

*Penulis adalah ketua Jaringan Pancamandala Sriwijaya-Sumatera Selatan

Komentar