Penulis : Deskoni, S.Pd., M.Pd, Dewi Pratita, S.Pd., M.Pd, Rizki Maharani, S.I.P., M.I.Pol.,
Risa Marta Yati, M.Hum., Novita Sari, M.Pd.
Literasi dalam konteks pendidikan mengacu pada kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, serta memahami informasi dalam berbagai bentuk. Sementara itu numerasi berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dan menggunakan angka serta konsep matematis dalam kehidupan sehari-hari. Kedua keterampilan ini saling terkait dan sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif, baik di sekolah maupun dalam konteks kehidupan sosial dan profesional. Namun di tengah berkembangnya teknologi dan informasi, penguatan literasi dan numerasi menjadi tantangan tersendiri bagi banyak negara termasuk Indonesia. Berbagai survei dan studi menunjukkan bahwa tingkat literasi dan numerasi di Indonesia masih membutuhkan perbaikan yang signifikan. Hal inilah yang mendorong berbagai pihak untuk menggencarkan program pendampingan guna meningkatkan kedua keterampilan dasar ini.
Pendampingan menjadi salah satu strategi yang efektif dalam memperkuat kemampuan literasi dan numerasi siswa. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh berbagai pihak, seperti guru, orang tua, maupun lembaga pendidikan non-formal. Pendampingan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan teori yang diajarkan di kelas dengan praktik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendampingan dapat dilakukan di sekolah, rumah, dan luar sekolah. Kepala sekolah dan guru berperan sebagai pendamping utama dalam proses penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Dengan menggunakan metode yang tepat, guru dapat membantu siswa memahami materi dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami. Pendampingan yang lebih personal memungkinkan siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka hadapi, terutama dalam memahami konsep-konsep dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Pendampingan penguatan literasi dan numerasi di sekolah-sekolah dengan rapor merah di wilayah Ogan Ilir, Sumatera Selatan, merupakan salah satu upaya strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi akademik banyak sekolah di wilayah ini menghadapi tantangan serius dalam pencapaian standar literasi dan numerasi, yang tercermin dalam rendahnya nilai rapor nasional. Untuk itu, pendampingan yang intensif dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, tenaga pendidik, hingga lembaga pendidikan lainnya, guna memberikan pelatihan dan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Program ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pengajaran, meningkatkan kompetensi guru, serta membantu siswa memahami konsep dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Melalui pendekatan yang bersifat kolaboratif, pendampingan ini tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada penguatan metode pengajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Para guru didorong untuk menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik, serta mengembangkan strategi yang dapat mengaktifkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Melalui pendampingan ini,diharapkan sekolah-sekolah di Ogan Ilir yang sebelumnya memiliki rapor merah dapat mengalami perbaikan yang signifikan, baik dari segi hasil belajar siswa maupun kualitas pengajaran yang diberikan. Selain itu, upaya ini juga diharapkan dapat memacu semangat belajar bagi siswa dan memberi dampak positif bagi kemajuan pendidikan di Sumatera Selatan secara keseluruhan.
Pendampingan yang efektif akan berdampak langsung terhadap perkembangan siswa dalam bidang akademis dan kehidupan sosial mereka. Pertama, dapat meningkatkan kemampuan akademis, siswa yang memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang baik cenderung lebih mudah memahami pelajaran lainnya, seperti sains, sosial, dan bahasa asing. Mereka juga lebih mudah mengerjakan tugas-tugas dan ujian dengan baik. Kedua, meningkatkan kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan menyelesaikan masalah melalui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang lebih baik. Hal ini membantu mereka dalam berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan bahkan orang dewasa di lingkungan sekitar mereka. Terakhir, sebagai persiapan menghadapi tantangan global, tidak hanya membantu siswa dalam pendidikan formal, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk beradaptasi dengan perkembangan dunia kerja yang semakin kompetitif. Keterampilan ini penting untuk mengakses informasi, memahami instruksi, dan membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi program pendampingan untuk penguatan literasi dan numerasi di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Berdasarkan pendampingan yang telah dilakukan oleh tim Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya pada 10 sekolah raport merah di Kabupaten Ogan Ilir, kendala yang kepala sekolah dan guru rasakan adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM), baik dari segi kualitas pengajaran maupun jumlah pendamping. Selain itu, kurangnya akses terhadap sumber daya pendidikan yang memadai juga menjadi hambatan. Banyak daerah yang belum memiliki akses yang cukup terhadap bahan bacaan yang berkualitas dan alat peraga untuk mendukung pembelajaran numerasi. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menyediakan infrastruktur pendidikan yang lebih baik. Melalui pendampingan yang terstruktur dan menyeluruh, baik di sekolah, rumah, maupun lembaga pendidikan non-formal, diharapkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak Indonesia dapat meningkat secara signifikan. Dengan demikian, mereka akan memiliki bekal yang cukup untuk berkembang dalam dunia yang semakin kompetitif ini. Pendampingan yang tepat tidak hanya mendukung pencapaian akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa untuk menjadi individu yang lebih percaya diri, kritis, dan memiliki daya saing tinggi. Sebagai negara dengan potensi sumber daya manusia yang besar, investasi dalam pendidikan khususnya dalam penguatan literasi dan numerasi merupakan langkah strategis untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia. (**)