
Seperti yang telah dilakukan oleh Adie Alqodery, dia berhasil menjalani bisnis produk pertanian berbasis teknik hidroponik di pekarangan rumahnya. Adie memasarkan hasil pertaniannya melalui media sosial seperti Facebook dan instagram. Dari keberhasilannya itu ia kemudian mendirikan Green Corner Hydroponic Palembang, pemasok sayuran hidroponik, penyedia instalasi, dan sarana pelatihan untuk teknik bercocok tanam hidroponik.
Adie memang pandai melihat peluang, ia menggunakan media sosial untuk memasarkan hasil pertaniannya pada saat masyarakat mengalami keterbatasan untuk keluar rumah karena pandemi. Kesempatan ini ia manfaatkan pada saat masyarakat mengalami perubahan pola konsumsi, dari pembelanjaan secara langsung dan beralih kepada online (daring).
Menurut Adie, awal mula tertarik dengan tanaman hidroponik ketika sedang browsing internet. “Awalnya lagi main internet di rumah, lalu melihat tanaman yang tumbuh di pot pipa yang menarik perhatian kami. Kami ajak bertemu pemilik tanaman itu, berdiskusi tentang hidroponik ini, dan akhirnya memutuskan untuk mengembangkan bisnis ini,” ujar Adie yang mulai menanam dan menjual sayuran hidroponik sejak 2012 silam. Kala itu, bisnis sayuran hidroponik belum digeluti masyarakat di Palembang. Dapat dibilang, Adie tergolong petani dan pemasok sayuran hidroponik pertama di Palembang lantaran produk sayuran ini masih dipasok dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, dan Medan.
Saat ini terdapat 12 jenis sayuran yang ditanam Adie di green house seluas 300 meter persegi, mulai dari sayur bayam, kangkung, kailan, kale, hingga selada. Sayuran segar ini dipasok ke pasar tradisional, pasar swalayan, toko ritel, hotel, hingga restoran di Palembang. “Sebenarnya masing-masing itu ada pasarnya. Sawi-sawian seperti sawi sendok (pakcoy) dan caisim paling banyak permintaanya dari restoran, sedangkan jenis sayur seperti selada untuk hidangan salad sangat diminati perhotelan. Nah, kalau konsumsi rumah tangga itu biasanya jenis-jenis bayam dan kailan karena memiliki kandungan gizi tinggi,” terangnya.
Menurut Adie, kendati PSBB yang diterapkan beberapa waktu lalu di Palembang berdampak pada pemesanan sayuran dari hotel dan restoran, tetapi konsumsi dari kelompok pelanggan rumah tangga memiliki kontribusi yang cukup baik terhadap omzet bisnisnya secara keseluruhan. Hal ini lantaran Adie mengalihkan fokus penjualan ke platform media sosial Facebook dan Instagram.
“Semenjak berlakunya karantina atau PSBB, banyak usaha rumah makan tutup. Untuk kelompok pelanggan rumah tangga, mereka juga tidak berani keluar saat itu. Saya berpikir harus lebih gencar promosi di online. Dan ternyata benar, dari Facebook dan Instagram itu penjualan naik sampai 40%,” ungkap Adie.
Awalnya, lanjut Adie, ia memakai akun Facebook pribadi untuk sekadar memposting foto kegiatan berkebun dan foto sayuran hidroponik yang berhasil ia tanam. Seiring berjalannya waktu, kian banyak orang yang tertarik dengan postingan Adie dan mulai bertanya hingga akhirnya membeli. Dari situ, ia menyadari potensi besar media sosial untuk mengembangkan bisnis hidroponiknya ke tingkat selanjutnya.
Untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas, bisnis Adie hadir di Facebook melalui laman Green Corner Hydroponic Palembang. Menurutnya, laman Bisnis di Facebook membuatnya lebih leluasa untuk mempromosikan produk sayuran dan berinteraksi dengan calon pelanggan. “Saya coba mempelajari fitur-fitur yang ada di Facebook itu. Ketemulah fitur Facebook Page dan saya buat. Saya siapkan Page dengan memasukkan nomor handphone dan alamat. Semua terhubung pada akhirnya,” jelas Adie. (**)
Komentar