Adab Memuliakan Guru dalam Pandangan Islam

Religi322 views

Palembang, Arungmedia.com, —–‘Mulai sekarang mari kita sana-sama memuliakan guru. Beradab santun dan menaruh hormat padanya.

Sebab guru lah yang mendidik dan membimbing kita selama di sekolah. Dia lakukan itu dengan penuh keikhlasan.

Betapa pentingnya kehadiran guru, para ulama sejak zaman dahulu selalu berpesan perihal pentingnya memuliakan guru.

Salah satu pesan itu sebagaimana dicatat oleh Imam Burhanuddin az-Zarnuji (wafat 591 H).

Ia mengatakan bahwa seorang pelajar tidak pernah mendapatkan ilmu jika tidak memuliakan ilmu, orang yang berilmu, dan guru-gurunya.

اِعْلَمْ بِأَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لاَ يَنَالُ الْعِلْمَ وَلاَ يَنْتَفِعُ بِهِ اِلَّا بِتَعْظِيْمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ وَتَعْظِيْمِ الْأُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ. قِيْلَ مَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ اِلَّا بِالْحُرْمَةِ، وَمَا سَقَطَ مَنْ سَقَطَ اِلاَّ بِتَرْكِ الْحُرْمَةِ

Artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya seorang pelajar tidak akan bisa mendapatkan ilmu dan manfaat ilmu kecuali dengan menghormati ilmu dan orang yang berilmu, memuliakan guru dan menghormatinya. Dikatakan, tidak sukses orang yang telah sukses kecuali dengan hormat, dan tidak gagal orang yang gagal kecuali disebabkan tidak hormat.” (Imam az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum, [Daru Ibn Katsir: 2014], halaman 55).

Melansir nu.or.id, memuliakan guru merupakan kewajiban setiap pelajar. Siapa saja yang pernah belajar kepada orang lain tentang ilmu pengetahuan, maka wajib baginya untuk memuliakan guru tersebut.

Memuliakan guru merupakan etika dan teladan para ulama terdahulu. Mereka memberikan contoh yang sangat luar biasa perihal bagaimana seorang murid memuliakan gurunya.

Merujuk pada kitab Ta’limul Muta’allim, Imam Burhanuddin az-Zarnuji pernah bercerita bahwa di negara Bukhara terdapat seorang ulama besar yang duduk di suatu majlis ilmu.

Di tengah-tengah pengajian itu, dia terkadang berdiri sambil menundukkan kepalanya. Tentu, perbuatan itu membuat para jamaah yang lain heran dan penuh tanda tanya. Namun tanpa disangka, ia menjawab:

Baca Juga:   Lebih Baik Shalat Berjamaah Di Masjid Jauh Tapi Ramai Atau Masjid Dekat Tapi Sepi? Begini Kata Ustad Adi Hidayat…

“Sungguh anak guruku sedang bermain bersama anak-anak sebayanya di halaman, dan terkadang anak guruku mendekat ke pintu masjid. Oleh karena itu, setiap kali aku melihatnya, aku berdiri untuk memuliakan guruku.” (Imam az-Zarnuji, 56

Memuliakan guru merupakan bagian dari memuliakan ilmu itu sendiri, dan orang yang tidak memuliakan gurunya, sama halnya dia tidak memuliakan ilmu yang sedang ia tekuni, dan siapa saja yang tidak memuliakan ilmunya, maka sampai kapan pun ia tidak akan mendapatkan ilmu.

Nasihat ini disampaikan oleh Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi. Dalam salah satu kitabnya ia mengatakan:

كُنْ مُوَقِّرًا لِمُعَلِّمِكَ مُعَظِّمًا لَهُ، فَاِنَّ تَعْظِيْمَهُ مِنْ تَعْظِيْمِ الْعِلْمِ. وَلاَ يَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِتَعْظِيْمِهِ وَتَعْظِيْمِ أَهْلِهِ، وَكُنْ مُعْتَقِدًا أَيْضَا أَهْلِيَتَهُ وَرُجْحَانَهُ عَلىَ مَنْ كَانَ فِي طَبَقَتِهِ

Artinya, “Jadilah kamu orang yang memuliakan serta mengagungkan pada gurumu. Karena sungguh, memuliakannya merupakan bagian dari memuliakan ilmu. Tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memuliakan ilmu dan memuliakan orang yang berilmu. Dan, jadilah kamu orang yang yakin pada kapasitas dan keunggulannya pada orang yang ada pada masanya.” (Syekh Syatha, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 170]

Komentar