Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan memiliki 16 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 227 Desa. Mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani, dagang, buruh dan usaha lainnya. Masyarakat di Kecamatan Pemulutan Induk sekitar 80% bekerja sebagai petani rawa lebak. Luas wilayah ini sekitar 12.292 hektar, terdiri dari 10.650 hektar atau 86.64 % merupakan lahan pesawahan lebak, dan sisanya 1.642 hektar atau 13,36 merupakan wilayah dataran rendah dan sungai. Wilayah pesawahan yang dimiliki sebagian besar merupakan lahan sawah lebak dan pekarangan,kebun, dan berada dengan ciri topografi daratan yang relatif datar . Wilayah Pemulutan Induk dengan ketinggian sekitar 8 meter diatas permukaan laut (dpl), menyebabkan masyarakat harus berdamai dengan kelimpahan air yang cukup banyak sepanjang waktu, sehingga sebagian besar masyarakat hanya mampu melakukan budidaya pertanian sekali dalam satu tahun. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat tidak dapat bergantung hanya dari sektor pertanian semata. Salah satu usaha yang dikembangkan masyarakat Desa Pemulutan Ilir, Pemulutan Ulu dan Teluk Kecapi di tengah pandemi adalah usaha Kemplang. Menurut Ibu Safa (30), usaha kemplang yang dilakoni sudah berjalan sekitar 3 tahun, namun sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah untuk membina atau memberikan modal usaha. “Jangankan dibantu modal, didatangi saja belum pernah, padahal kami sangat butuh modal, atau paling tidak kasih tau bagaimana caranya kalau ingin pinjam uang untuk modal usaha” keluhnya.
Proses Pengukusan
Lebih lanjut ibu dari 1 orang anak ini mengisahkan, pada saat pandemi masyarakat sangat terbatas untuk mencari nafkah, maka ia mempekerjakan tetangganya sekitar 6 orang yang benar-benar butuh penghasilan. “Memang tidak seberapa uang yang mereka dapatkan bila dibandingkan dengan pekerjaan mereka sebelumnya, tapi saya sudah berbuat untuk membantu menyambung hidup dan keluarganya” tuturnya.
Menurut ibu muda ini, untuk menghasilkan kemplang yang siap panggang atau goreng butuh waktu 1 hari. Teknik pembuatannya dimulai dengan mencampurkan ikan yang sudah digiling, garam dan air hangat. Langkah selanjutnya adalah membuat adonan seperti bola tenis, lalu pipihkan seperti lempengan sesuai dengan ukuran (besar, sedang) dengan ketebalan rata-rata 2-3 mm. Kemudian kukus kemplang sampai matang, lalu dijemur dibawah matahari secara langsung 1-2 hari, selanjutnya siap untuk dipasarkan dengan harga berkisar Rp.50.000/100 biji untuk ukuran besar, Rp.20.000/100 biji untuk ukuran sedang. Pemasaran dari usaha kemplang ini adalah Kota Prabumulih dan Kota Palembang. Bagi anda yang berminat silahkan hubungi Hp.082280354887. Sementara itu, hasil wawancara dari salah seorang pekerja bernama Vera (34), bahwa sistem upah yang mereka dapatkan tergantung dari pekerjaan yang mereka lakukan. Untuk 1 karung sagu dengan berat 25 kg dikerjakan oleh 2 orang dengan upah Rp.80.000 sehari. Artinya dalam satu hari mereka hanya membawa uang Rp.20.000/orang. Uang sekecil itu mungkin tak ada arti bagi anda yang hidup berkecukupan, tapi bagi mereka yang hidupnya penuh kekurangan, uang Rp. 20.000 sangat berarti untuk menyambung hidup dan keluarganya dari hari ke hari. (**)
ARUNG. Kompetisi belum berlangsung akibat pandemi, namun antusiasme masyarakat untuk membeli Jersey SFC tak terbendung. Hal tersebut terlihat saat Gubernur Provinsi Sumatera
Sebanyak 60 anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel berlaga pada Turnamen bulu tangkis antar Wartawan Sumsel yang digelar dalam bentuk media gathering
Indonesia sedang berduka, begitu Shelina Andisa Putri Tobroni mengawali tulisannya. Setelah kehilangan Bapak Bangsa Prof. Dr. Ing. H. BJ Habibie pada 11
Komentar